Laman

Senin, 23 Juli 2012

Menjadi Pelaku Firman

Nats: Yakobus 1:22 "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja"

Amat menarik menyimak alur berpikirnya Rasul Yakobus dalam pasal satu ini. Awalnya ia menasihatkan agar setiap orang cepat mendengar tetapi lambat berkata-kata. Kemudian ia menambahkan lagi nasihatnya supaya jangan hanya mendengar tetapi harus melakukan sesuai yang didengar itu.

Manusia diciptakan dengan dilengkapi dua telinga dan dua mata. Kedua organ ini masing-masing memiliki satu fungsi, mata untuk melihat/membaca dan telinga untuk mendengar. Dengan membaca dan/atau mendengar maka kita dapat mengerti firman Tuhan. Semakin kita mengerti firman Tuhan maka semakin banyak yang dapat kita sampaikan. Coba kita perhatikan diri kita yang memiliki hanya satu mulut, padahal mulut itu memiliki banyak fungsi, seperti berkata-kata, makan, bernafas, dll. Kenapa Tuhan tidak memasang dua mulut untuk setiap manusia? Tentu akan lebih seru lagi bila terjadi pertengkaran, sedangkan satu mulut saja sudah susah untuk dikontrol. Yakobus menasihatkan agar kita cepat mendengar tetapi lambat berkata-kata. Ini dimaksudkan agar ada kurun waktu yang cukup untuk menganalisa dengan baik setiap yang akan dikatakan, sehingga semuanya mendatangkan kebaikan.

Nampaknya Yakobus ingin menyampaikan bahwa apa yang kita dapatkan melalui pendengaran dan penglihatan, itu masuk di akal kita, turun ke hati dan dari hati keluar reaksi melalui tutur kata dan tindakan. Tutur kata dan tindakan yang tidak diolah dalam pikiran dan di dalam hati, pastilah ngaur dan ngelantur. Sebaliknya, apa yang kita ketahui/pahami melalui penglihatan dan pendengaran, haruslah terwujud dalam tindakan nyata yang serasi (sesuai kata dan perbuatan). Inilah yang dimaksudkan Yakobus sebagai pelaku firman. Nampaknya Yakobus juga ingin menegaskan bahwa tindakan itu penting sekali dan harus lebih banyak. Tindakan melakukan firman dapat terimplementasi melalui ayunan kaki dan tangan yang jumlahnya masing-masing dua. Keduanya harus serasi dan saling melengkapi. Kaki tidak bisa berjalan dengan normal bila hanya satu yang berfungsi, demikian juga dengan tangan. Itu berarti bahwa dalam tindakan kita melakukan firman, dibutuhkan keserasian bekerja bersama, saling menopang dan bersinergi, untuk menghasilkan kelakuan yang lebih baik. Sebagai pelaku firman, kita perlu bergandengan tangan dengan orang lain. Kapan seseorang menyepelekan orang lain dalam melakukan firman, sesungguhnya ia sendiri mengingkari firman itu.

Tuhan Memberkati kita.

Berlari Pada Tujuan

Nats: Filipi 3: 13-14 "... aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam  Kristus Yesus".

Rasul Paulus mengajarkan kepada kita tentang apa yang menjadi prioritas dan arah hidup kita. Sesungguhnya ada begitu banyak orang yang gagal hanya karena tidak mampu melihat apa yang menjadi prioritas dalam hidupnya dan tidak mampu memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang prioritas itu. Karena itu, pengalaman Rasul Paulus ini patut menjadi contoh atau teladan bagi setiap orang yang ingin berhasil.

Hal pertama adalah "melupakan apa yang di belakang". Filipi 3:4-6 berbicara tentang suatu kondisi masa lalu dalam hidup Paulus yang patut dibanggakan. Di kalangan orang Yahudi, kondisi dan prestasi Paulus (Saulus) ini sangat besar artinya. Namun, bagi Paulus justru suatu kerugian. Mengapa demikian? Karena ia telah mengenal Kristus. Ternyata, apa yang menjadi kebanggaan dunia, tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan Kriatus. Dunia dan segala kemegahannya adalahsifatnya fana, sedangkan Kristus itu kekal dan mulia.

Kedua, Paulus mengarahkan diri ke hal yang tepat. Ia langsung fokus pada hal-hal yang kekal dan mulia dan melupakan hal-hal yang fana itu. Pemahamannya yang benar langsung disusul dengan tindakan mengikuti kebenaran itu. Ada banyak orang yang walaupun sudah memahami kebenaran, tetapi tidak berdaya untuk melakukan kebenaran itu. Ketidakberdayaan itu biasanya diakibatkan oleh ketidakberanian bertindak. Pemahamannya dan semangatnya belum cukup kuat mendorong dia untuk mengambil tindakan nyata berjalan dalam kebenaran yang diketahuinya itu. Banyak orang kristen yang tahu kebenaran tetapi tidak melakukannya. Akibatnya, ia selalu terikat pada masa lalunya.

Ketiga, berlari-lari pada tujuan. Begitu mulianya dan membahagiakannya tujuan itu sehingga tidak sabarlagi menunggu lama untuk menggapainya, sehingga dibutuhkan tindakan berlali-lari. Begitu besarnya sukacita dan harapan untuk mencapai tujuan itu sehingga diupayakan secepat mungkin untuk mendapatkannya. Seakan-akan gangguan keributan disamping kiri dan kanan tidak lagi terdengar karena sudah sangat fokus pada tujuan yang didepan mata itu. Ada banyak orang kristen yang gagal mencapai tujuan karena pengaruh lingkungan (kiri/kanan) menjadi penghambat bagi dia, gagar-gara dia tidak terlalu fokus pada tujuan.
Apakah tujuan kita? Tujuan kita adalah menggapai panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Ia sedang membuka tanganNya, memanggil kita, bagaikan seorang bapa yang membuka kedua belah tangannya, sedang jongkok sambil memanggil anaknya untuk menggendongnya. Namun perlu kita sadari bahwa selain panggilan sorgawi itu, ada juga suara-suara lain yang berusaha untuk membelokkan kita, dan itulah suara iblis yang berusaha untuk merintangi kita. Karena itu kita perlu fokus dan mengenal dengan persis suara sorgawi itu dan berlari mendekatinya.

Selamat berjuang dan berlari mengikuti panggilan sorgawi. Tuhan Yesus memberkati.

Kamis, 07 Juni 2012

Tuhan Yang Memberi, Tuhan Yang Mengambil, Terpujilah Tuhan

Satu hal yang perlu direnungkan tentang hidup ini yakni bahwa hidup yang kita miliki sekarang ini bukanlah milik kita sendiri. sesungguhnya hidup ini adalah dari Allah, Sang Pencipta kita. Karena itu Allah-lah yang memiliki hak otoritas atas hidup kita. Bila Ia mengambilnya kita tidak ada kuasa untuk mempertahankannya. Demikian juga kita tidak ada kuasa untuk menghabisinya. Bunuh diri adalah dosa, yaitu dosa merampas hak Tuhan mencabut nyawa.
Sebagai mahkluk sosial, bila Tuhan berkenan memberikan kepada kita orang-orang yang kita sayangi, entah itu adalah orang tua atau saudara kandung atau anak-anak, tatkala mereka diambil kembali oleh Tuhan maka kita tidak ada kuasa untuk menahannya. Kita memang sangat mengasihi mereka yang Tuhan berikan bagi kita untuk hidup bersama, tetapi patut kita pahami bahwa mereka juga adalah milik Tuhan yang sangat dikasihi oleh-Nya. Bila mereka itu Tuhan ambil dari kita, sebagai mahkluk sosial kita pasti merasa kehilangan, berduka cita dan berbagai perasaan lain yang bisa menimpa kita. Namun, kita juga tidak ada alasan untuk menuduh Tuhan bertindak tidak adil, karena tidak mungkin Ia salah dalam tindakanNya. Lalu bagaimana kita menghadapi kondisi yang demikian?
Peristiwa yang dialami Ayub patut menjadi referensi dalam hidup kita, saat semuanya Tuhan ambil daripadanya, baik itu harta benda maupun anak-anaknya. Namun dalam situasi itu ia berkata, "Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil, terpujilah Tuhan." Mengapa demikian? Ayub bukanlah orang yang tidak waras, melainkan seorang yang berusaha memahami maksud dan kehendak Allah dibalik semua yang terjadi dalam hidupnya.
Hal yang sama pernah terjadi bagi Abraham, yang sudah sekian lama menunggu realisasi janji Allah tentang keturunan. Pada saat keturunan itu diberikan (satu anak perjanjian, yaitu Isak), Tuhan meminta untuk dipersembahkan bagi-Nya. Di sini nampak bahwa Tuhan memberi satu anak dan memintanya kembali, tetapi Abraham mengikuti permintaan Tuhan dengan iman. Iman Abraham adalah bahwa kalaupun anak itu harus mati dikorbankan, tetapi Tuhan itu maha kuasa untuk membangkitkan orang mati. Itulah iman Abraham yang spektakuler sehingga ia disebut sebagai bapa orang beriman.
Janji Tuhan yang sangat besar bagi setiap orang kepunyaanNya adalah "Aku menyertai kamu senantiasa". Penyertaan Tuhan bagi kita sangat besar maknanya. Mazmur 68 ayat 6 dan 7 mengatakan bahwa Allah itu menjadi Bapa bagi anak yatim, Pelindung bagi para janda serta memberikan tempat tinggal bagi orang-orang yang sebatang kara. Jadi, tatkala andalan kita di dunia (orang tua, suami, saudara) sudah tidak ada lagi, maka Dialah jaminan kita. Terpujilah Tuhan. {Kakek dan Nenek Lewi serta Thomas, sampai bertemu di surga}

Selasa, 01 Mei 2012

Hari Buruh atau Hari Berburu?

Tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh sedunia.
Pada peringatan tahun ini, Hari Buruh ditandai dengan berbagai tuntutan kepada pemerintah terkait hak-hak para buruh. Terkadang itu adalah tuntutan menaikkan upah minimum bagi para buruh, atau menyangkut asuransi, sampai kepada protes atas tindakan-tindakan kekerasan bagi para buruh.
Para buruh nampaknya berburu upah atau jaminan yang lebih baik untuk hari esok.

Sebagai umat Tuhan yang mengabdi kepada majikan atau tuan kita yakni Raja di atas segala raja, kita tidak diajak untuk berburu upah. Karena bila kita berburu upah dalam melayani Dia, kita adalah orang upahan, atau gembala upahan. Gembala upahan tidak mau peduli kepada kepentingan domba gembalaannya, tetapi hanya kepada berapa banyak keuntungan yang diperolehnya sebagai gembala, bahkan bila domba gembalaannya dalam bahaya, gembala malahan lari menyelamatkan diri sendiri.
Sebaliknya Yesus, Gembala Agung itu, mengatakan "Aku mengutus kamu laksana domba ke tengah-tengah serigala." Suatu kondisi yang sangat berbahaya bagi kita, namun Ia memberi jaminan "Aku menyertai kamu senantiasa."
Kita harus bekerja selagi masih siang. Jangan menunda waktu, karena ada saatnya nanti kita sudah kehilangan waktu atau kesempatan untuk bekerja. Waktu seakan-akan memburu kita untuk bekerja tanpa henti.
DR. A.B. Simpson mengatakan bahwa setiap hari ribuan jiwa binasa dalam dosanya, menuju neraka. Kita diajak untuk "berburu" menolong mereka sebelum mereka binasa.

Semoga Hari Buruh menjadi inspirasi bagi kita dalam melayani Sang Majikan, Raja diatas segala raja, Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kita.

Minggu, 01 April 2012

Ini Aku Utuslah


Yesaya 6:1-13
Pendahuluan:
Penjelasan mengenai konteks pelayanan Yesaya
-          Yesaya, anak Amos, melayani pada masa pemerintahan empat raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia (Yes. 1:1).
-          Kurun waktu pelayanannya: 740-687: + 50 thn.
-          Masa pelayanannya sezaman dengan Amos dan Hosea, yang mengakibatkan kebangunan rohani Yehuda, yang puncaknya pada masa Hizkia.
-          Yesaya yang berlatarbelakang keluarga kalangan atas (bangsawan), membuat dia memiliki akses ke istana memberi nasihat kepada raja.
-          Pelayanannya yang demikian besar dan sukses, itu diawali dari adanya komitmen penyerahan diri kepada panggilan Allah dengan mengatakan: Ini aku utuslah.
-          Komitmen ini muncul setelah Yesaya menjalani serangkaian proses pembentukan dari Allah. Proses-proses tersebut adalah:
I.          Menjalani pembentukan karakter (5-7)
-          Ay.5: ia najis bibir, dan hidup di tengah bangsa yang najis bibir.
-          Ay.1-4: penglihatannya tentang Allah membawa kesadaran rohani bagi Yesaya.
-          Ay. 6-7: bara dari atas mezbah menguduskan bibir Yesaya. Kesalahannya dihapus, dosanya diampuni.
-          Dengan pengudusan itulah Yesaya dapat menjadi utusan dari Allah yang Kudus.
App:
-          Kenajisan bibir memang sangat vital dalam tugas seorang nabi, karena itu akan merusak setiap berita yang disampaikan walau betapapun bagusnya berita itu.
-          Pelajaran yang dapat ditarik dari bagian ini ialah bahwa setiap orang harus hidup kudus di hadapan Allah, agar layak diutus untuk melayani. Ini bukan menyangkut persoalan masa lalu kita. Bagi Yesaya, masa lalu itu penuh kenajisan, tetapi kemudian ia dikuduskan. Yes. 1:18 “walaupun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju”.
-          Kalau bergaul, berpacaran, berbinis, dll. lakukanlah dengan benar. Jangan menajiskan diri sendiri.
II.       Memperoleh pengetahuan dan skil (1-7)
-          Ay. 1-5: Penglihatan Yesaya ttg Allah, menambah pemahaman/pengetahuannya tentang hal-hal teologis, seperti:
o  Pemahaman ttg kekudusan Tuhan
o  Pemahaman ttg Takhta Allah (pemerintahan dan keadilan)
o  Pemahaman ttg kehadiran-Nya dalam Bait Suci
Pengetahuan ini penting, sehubungan dengan tugas seorang nabi yang memberitakan tentang Tuhan kepada umat-Nya.
-          Ay. 7: seorang Serafim menyentuhkan bara dari mezbah itu ke mulut Yesaya. Ini adalah tanda pemberdayaan. Hal ini juga penting karena tugas seorang nabi sangat berkaitan dengan mulut (hal berkata-kata).
o   Kel. 4:10: kata Musa: “Aku tidak pandai bicara – berat mulut, berat lidah”; kata Tuhan “Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau” (12).
o   Yeh. 3:1-3; Yehezkiel disuruh memakan gulungan kitab yang ditulisi timbal balik, rasanya manis seperti madu.
o   Yer. 1:6; kata Yeremia “aku tidak pandai bicara karena masih muda” Jawab Tuhan: Jangan takut sebab Aku menyertaimu” (8).
Dari uraian di atas nampak bagaimana Tuhan melatih/melengkapi sang nabi untuk memperoleh skil yang dibutuhkan.

Yang dibutuhkan seorang pemberita adalah:
o  Materi yang akan diberitakan
o  Kemampuan untuk menyusun/ mengemas dan menyampaian berita dengan baik agar dapat dipahami oleh pendengar.
III.    Mengetahui daerah sasaran pelayanan (5)
“Umat yang najis bibir.”
-          Umat pemberontak (1:2)
-          Meninggalkan Tuhan, menista Yang Mahakudus (1:4)
-          1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
-          Bersundal (1:21); Cf. Raja Amazia yang mendirikan dan menyembah kepada para allah bani Seir. (2Taw. 25:14)
-          Kesombongan: Raja Uzia menjadi tinggi hati setelah ia menjadi kuat (2Taw. 26:16); Raja Hizkia (2Taw. 32:25) ia menjadi angkuh dan ditimpa murka Tuhan.

Ay.9-10: Israel / Yehuda akan dibuat Tuhan tidak lagi mau mendengar, untuk memastikan penghukuman itu benar-benar dinyatakan.
Sampai berapa lama
-          Nabi Yesaya tidak sampai hati menerima bahwa penghukuman umat adalah kata terakhir.
-          Jawaban Tuhan tidak membantah pengharapan nabi itu, tetapi Ia menekankan betapa hebat pencobaan yang mendahului keselamatan.

ï  Yesaya mengenal kondisi masa lalu dan masa sekarang dari bangsanya.
ï  Yesaya juga diberitahu tentang kondisi masa depan bangsanya, yaitu:
§  Hatinya keras (10), sehingga hukuman tidak dapat ditahan lagi.
§  Ia laksana pohon beringin yang ditebang dan dari tunggulnya akan keluar tunas.
ï  Yesaya menyadari bahwa kewajibannya adalah memberitakan Firman Allah.

Selasa, 27 Maret 2012

Baik dan Setia

Matius  25:21 berbunyi demikian, "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."

Dari ayat ini nampak jelas ukuran penilaian bagi seorang yang diberi tugas dan tanggung jawab. Ukurannya adalah hal "baik" dan hal "setia". Kedua ukuran ini patut menjadi bahan perenungan setiap orang dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya. Hal "baik" itu berkaitan dengan karakter dan etika dalam menjalankan tugas. Dalam nats di atas, hamba yang dipercayakan tugas memiliki kebaikan. Minimal kebaikan itu ditujukan kepada tuannya yang memberinya tugas mengembangkan talenta itu. Ia memiliki penilaian yang baik kepada tuannya, tidak seperti seorang hamba yang menilai tuannya sebagai seorang yang bengis. Hamba yang baik ini tentu menilai tuannya dengan baik dan karena itu ia menerima tugas tersebut dengan baik. Kebaikan lainnya pada hamba ini tentu dalam hal bagaimana ia menjalankan usaha pengembangan talenta itu. Ia tidak hanya terfokus pada jumlah hasil yang dicapai, tetapi juga pada cara yang halal dalam menjalankan usaha. Sering kali orang terobsesi dengan hasil yang besar kemudian menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Pelayanan kristen tidak hanya dinikai dari jumlah pencapaian tetapi juga dari cara melakukannya. Cara yang patut adalah cara yang "baik", yang santun dan tidak menimbulkan kerugian atau sakit hati bagi orang lain.

Ukuran kedua adalah "setia". Kesetiaan itu tidak langsung jadi dan kelihatan langsung hebat. Itu dimulai dari bawah, dari hal-hal kecil. Keberhasilan seseorang setia dalam hal-hal kecil menjadi dasar baginya untuk dipercayakan hal-hal yang lebih besar. Kesetiaan bukanlah hal yang mudah dicapai, karena ujiannya adalah waktu yang lama. Semakin lama waktu ujiannya, semakin tinggi pula kadar kesetiaan itu. Sebuah ilustrasi: Penggunaan kayu bakar untuk memasak. Bila bahannya dari bambu, memang nyalanya besar tetapi hanya sebentar saja bertahan. Tetapi bila bahannya dari kayu yg lebih keras, nyalanya akan bertahan lama demikian juga dengan bara apinya, akan bertahan lama.
Demikian lah dalam kesetiaan kita menjalankan sebuah tugas, dibutuhkan ketahanan yang lebih lama untuk melakukannya dengan cara yang baik. Namun, sering kali justru sebaliknya yang terjadi dalam hidup kita. Kita memang semangat, tetapi hanya sebentar saja. Baru satu atau dua tantangan, kita sudah mulai memudar akhirnya padam. Rasul Paulus menasehatkan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Roma 12:11).
Layanilah Tuhan dalam standar Kebaikan dan Kesetiaan. Tuhan Yesus memberkati.

Senin, 26 Maret 2012

Pengaruh Dosa Terhadap Kebaikan Sejati

Nats: Kej. 1:25, 31a; 3:6
Ro. 12:2; Mzm. 86:5; 106:1; 107:1; 118:1
I. Kebaikan Sejati
  A. Sifat Allah, pribadi Allah: BAIK
  B. Hasil karya Allah: BAIK
II. Reaksi Manusia atas Kebaikan Allah
   A. Manusia lebih memilih apa yang bertentangan dengan kebaikan Allah
   B. Manusia mulai mengganti makna/arti kebaikan sejati itu dengan versi sendiri.
        Contoh:
         1. Hawa: hal “baik” diganti dgn sesuatu yang menyenangkan dan menguntungkan diri:
             enak, sedap, dan menarik karena memberi pengertian
         2. Adam dan Hawa: saling melempar kesalahan, manusia tidak mau disebut bersalah.
              a. Ay. 12: Adam mempersalahkan Hawa
              b. Ay. 13: Hawa mempersalahkan ular.
3. Kain: Kej. 4:5-10 “Kain sudah diingatkan oleh Allah tentang kebaikan sejati, tapi ia lebih memilih membunuh Habel. Pola ini diwarisi oleh para pemimpin diktator yang membabat habis orang-orang yang bakalan menyaingi dia. Di sini kebaikan diplintir atau diberi makna baru, yg identik dengan kekersan. Orang yang berada pada taraf ini akan menilai bahwa kekerasan yang dilakukannya itu adalah suatu kebaikan.
Kej. 4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
4. Saul: Pelanggaran dianggap sebagai hal yang wajar bahkan rohani.
a. 1Sam. 15:9: Saul dan Rakyatnya menyelamatkan Raja Agag dan kambing dombanya
b. 1Sam. 15:15: karena rakyat yang menyelamatkannya
c. Di sini Saul mulai melempar kesalahan kepada rakyatnya, ia ingin mencuci tangan. Sungguh dia pemimpin yang pengecu
d. Dalam waktu bersamaan dia juga membenarkan kesalahannya itu dengan alasan ibadah/rohani.
5. Umat Israel zaman Yesus:
a. Mereka lebih memilih membebaskan Yesus Barabbas yang terbukti melakukan kejahatan dan dijatuhi hukuman
b. Dalam hal ini kebenaran dan yang mereka miliki ditutupi atau dikalahkan oleh kebencian dan dengki.
27:16 Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.
27:17 Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"
27:18 Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.
6. Perbandingan dengan kondisi sekarang:
a. Koruptor kelas kakap dibandingkan dengan orang miskin mencuri buah kakao, jagung dll.
b. Seorang tersangka korupsi kelas kakap menawarkan diri sebagai staf ahli dalam institusi penegakan hukum. Seakan-akan ingin mengatakan bahwa kesalahan besar yang dituduhkan terhadapnya itu bukanlah kesalahan
c. Benarlah perkataan Rasul Paulus dalam Roma 1:18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman
d. Yang sangat parah adalah tatkala manusia berbuat dosa dan kejahatan, tidak lagi disadari sebagai dosa dan kejahatan tetapi sebaliknya dinilai sebagai kebaikan.
e. Ternyata bahwa pemaknaan manusia tentang hal “baik” sudah semakin jauh dari makna sesungguhnya
f. Dosalah yang mengakibatkan manusia buta akan kebaikan sejati. Tapi puji Tuhan, Ia mengutus AnakNya untuk menebus dosa-dosa kita. Ia menyatakan kembali arti kebaikan sejati melalui pribadi dan karya Yesus Kristus.



       B. Pemulihan Oleh Kristus Yesus
1. Mat. 19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Di sini Yesus hendak mengatakan bahwa hanya Allah yang baik. Mengapa? Karena kebaikan yang manusia miliki sudah mengalami banyak modifikasi dan penyimpangan.
2. Yesus mengklaim diri-Nya baik, tergambar dalam ungkapanNya tentang gembala yang baik
a. Yoh. 10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
b. Dalam konteks ini, Yesus menyoroti para pemimpin agama dan pemerintah, yang sesungguhnya ditugaskan sebagai gembala atas Israel tetapi malah sebaliknya mereka berlaku sebagai gembala upahan.
c. Yesus selaku gembala, mengorbankan diriNya untuk domba-dombaNya. Inilah kebaikan sejati yang seharusnya diteladani oleh manusia.
3. Kebaikan sejati ini ditunjukkan oleh Kristus untuk memulihkan kita dan menjadikan kita umat kepunyaanNya, kemudian Ia berkata: belajarlah kepadaKu karena aku lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan)
4. Apa yang harus kita lakukan?
a.  Mencari kehendak dari kebaikan sejati. Karena Kristus adalah Kebaikan Sejati, maka kita harus belajar dariNya dan mencari kehendakNya.
b. Rela menderita demi Kebaikan Sejati itu. 1Pet. 3:17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat. Mengapa ada harga yang harus dibayar? Oleh karena kita mencari dan menggenapkan kehendak Allah yang BERBEDA dari kehendak dunia. Kehendak Allah selalu: agung, mulia, kudus, benar, baik dan sempurna, sedangkan kehendak dunia selalu: sampah, berdosa, jorok, jahat,  salah dan menjijikkan.
  c. Berbuah baik. Mat. 7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik (agathon =  baik) menghasilkan buah yang baik (kalos = baik - - dalam hal moral), sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
  d. Siap ditegur oleh Kebaikan Sejati. Wahyu 3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Jika Allah tidak menegur kita itu berarti Allah tidak menganggap kita sebagai anakNya (Ibr. 12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?)

Minggu, 25 Maret 2012

Makanan-Ku Adalah Melakukan Kehendak Bapa

Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34).

Pertemuan Yesus dengan seorang perempuan Samaria di wilayah Samaria menarik untuk diselidiki.
  1. Sebagai seorang Yahudi, Yesus sebenarnya tidak boleh melewati daerah Samaria, karena kebencian yg amat dalam pada diri orang Yahudi terhadap orang Samaria. Namun Yesus malahan melintasi daerah itu dan sampai ke sumur yang digali oleh Yakub. Di sumur tersebut Yesus malahan bertemu dengan seorang perempuan Samaria, yang ternyata adalah seorang perempuan berdosa. Tujuan Yesus melintasi daerah Samaria jelas bahwa Ia ingin menyampaikan kabar keselamatan bagi orang Samaria, yang dikenal menyembah kepada Allah yang tidak mereka kenal (versi terjemahan lain: membabi buta). 
  2. Dalam percakapan dengan perempuan Samaria, Yesus mengambil topik tentang air hidup. Air di sumur Yakub tidak menjamin kesegaran yang kekal, karena itu Yesus beralih menjelaskan bahwa Dialah air hidup. Dunia memang mencari tempat-tempat "basah". Rupanya air dapat digolongkan sebagai simbol kesejahteraan (cf. Mazmur 1, 23, dll). Kalaupun orang mendapatkan semua itu (air atau tempat basah), mereka masih akan haus lagi. Kesejahteraan yang dunia tawarkan adalah kesejahteraan yang tidak bertahan lama, tetapi Yesus menawarkan yang sifatnya kekal ("menjadi mata air dalam diri setiap orang yang menerimanya"). 
  3. Perempuan Samaria akhirnya mengenal dan percaya Yesus sebagai Mesias. Ia meninggalkan sumur itu dan kembali ke kampungnya menceritakan tentang Yesus, kemudian sejumlah orang Samaria menjadi percaya dan datang menjumpai Yesus. 
  4. Kepada para murid, Yesus mengatakan bahwa untuk melakukan panen dibutuhkan waktu menunggu selama empat bulan. Namun berbeda dengan Yesus yang langsung melihat tuaian yang besar. Sejumlah orang Samaria menjadi percaya, bahkan membuat Yesus tinggal di daerah itu selama dua hari.
  5. Setelah murid-murid kembali membeli makanan, mereka menawarkan kepada Yesus. Jawaban Yesus di luar dugaan para murid, "padaKu ada makanan yang tidak kamu kenal". Yang Yesus maksudkan ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Yesus. Dalam hal ini Ia berani berbuat diluar dari kebiasaan orang Yahudi, yakni melintasi daerah Samaria untuk menemui seorang yang berdosa. Memang Ia datang ke dalam dunia untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.
Semoga teladan Yesus ini menginspirasi setiap pengikutNya dan hambaNya untuk setia melakukan kehendak Bapa di sorga.

Selasa, 20 Maret 2012

Mengikuti Panggilan Tuhan


Markus 1: 16-18
16 Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.          17 Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” 18 Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikut Dia.

Markus 16:7
Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.

Yohanes
21:19b Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku”
21:22 Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.

Panggilan Tuhan Yesus bagi para murid dapat dibagi dalam dua babakan:
Pertama: Awal pelayanan Yesus
Kedua: Akhir pelayanan Yesus
Pada awal pelayanan Yesus, dimana Ia memanggil ke-12 murid untuk diajar dan dididik selama k.l tiga setengah tahun.
Panggilan ini adalah panggilan untuk beralih profesi, yakni dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Dari profesi mengubah ikan hidup menjadi ikan mati, ke profesi mengubah orang mati rohani menjadi hidup dalam iman.
Panggilan ini menyangkut transformasi dalam kehidupan, yang tidak secara kebetulan hal itu terjadi di pantai Tiberias. Kita tahu, pantai adalah pertemuan darat dan laut, atau peralihan dari darat ke laut atau sebaliknya.
Untuk membuat para murid menjadi penjala manusia, maka Yesus mengajar mereka dengan berbagai hal menyangkut pekerjaan menjala manusia itu. Dalam pembentukan sekaligus praktek pelayanan, mereka mengalami berbagai situasi, secara garis besar ada dua:
1.       Situasi menyenangkan: yaitu saat Yesus mendemonstrasikan mujizat-Nya, seperti:
a.       Mengubah air menjadi anggur
b.      Memberi makan kepada 5000 orang
c.       Menyembuhkan berbagai penyakit
d.      Membangkitkan orang mati
e.      Memperlihatkan kepada beberapa murid tentang kemuliaanNya
Hal yang serupa sering terjadi dalam kehidupan dan pelayanan kita, saat kita mengalami situasi menyenangkan, seperti:
                                                   i.      Kita sedang melayani jemaat yang sangat menyukai kita
                                                 ii.      Kita melayani di tempat yang kita senangi
                                                iii.      Kita sedang melihat jemaat yang kita layani bertumbuh dalam kualitas dan kuantitas.
Sehingga kita mulai merasa enggan untuk meninggalkan tempat itu.
2.       Situasi menyusahkan, saat mereka menghadapi tantangan, contoh:
a.       Penangkapan Yesus membuat mereka tercerai-berai.
b.      Kematian Yesus membuat mereka sedih dan kehilangan harapan, sehingga mulai kembali kepada profesi semula.
Hal yang sama sering terjadi dalam kehidupan dan pelayanan kita, saat kita menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan, seperti:
                                                   i.      Hawa dingin atau panas yang tidak cocok dengan kesehatan kita
                                                 ii.      Kita kurang disenangi oleh jemaat atau masyarakat
                                                iii.      Kita menghadapi perlawanan dari orang-orang yang merasa terancam atau tergeser karena kehadiran kita.
Sehingga kita mulai berusaha untuk meninggalkan tempat pelayanan tersebut, entah dengan cara yang baik ataupun tidak baik.
c.       Kemudian setelah semuanya itu terjadi, Yesus bertemu dengan mereka di Galilea. Mengapa harus Galilea? Bukankah Yerusalem jauh lebih bagus karena ibu kota dan pusat peribadatan Yahudi?
3.       Jawabannya:
a.       Di Galilea mereka dipanggil menjadi murid
b.      Di Galilea mereka diubahkan dari penjala ikan menjadi penjala manusia, dari profesi mengubah ikan hidup menjadi ikan mati, kepada profesi mengubah manusia yang  mati rohani menjadi manusia yang hidup dalam Tuhan
c.       Namun karena berbagai situasi yang mereka lewati, mereka akhirnya sampai pada kondisi yang memprihatinkan untuk melaksanakan tugas dan panggilannya.
d.      Di Galilea Yesus ingin mengajarkan ulang / mengingatkan mereka akan panggilan Tuhan.
e.      Pada pertemuan babak kedua di Galilea, Yesus memanggil mereka: Ikutlah Aku
f.        Kepada Petrus, Yesus berkata: Gembalakanlah domba-domba-Ku.
g.       Pertanyaan Yesus sebanyak tiga kali kepada Petrus membuat Petrus sedih, karena mengingatkan Petrus kepada tiga kali peristiwa ia menyangkal Yesus, padahal sebelumnya ia sudah berkomitmen untuk berjuang membela Yesus. Ternyata Petrus tidak dapat mengandalkan kemampuannya yang besar untuk bertahan setia bagi Gurunya. Pertanyaan Yesus di Pantai Tiberias menjadi ajakan bagi Petrus untuk mengandalkan Kristus dalam pelayanan, sehingga ia dapat dipercayakan domba-domba Allah kepadanya.
4.       Untuk dapat memenuhi panggilan Tuhan, kita harus selalu berpegang teguh pada komitmen kita bagi Tuhan.