Laman

Selasa, 27 Maret 2012

Baik dan Setia

Matius  25:21 berbunyi demikian, "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."

Dari ayat ini nampak jelas ukuran penilaian bagi seorang yang diberi tugas dan tanggung jawab. Ukurannya adalah hal "baik" dan hal "setia". Kedua ukuran ini patut menjadi bahan perenungan setiap orang dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya. Hal "baik" itu berkaitan dengan karakter dan etika dalam menjalankan tugas. Dalam nats di atas, hamba yang dipercayakan tugas memiliki kebaikan. Minimal kebaikan itu ditujukan kepada tuannya yang memberinya tugas mengembangkan talenta itu. Ia memiliki penilaian yang baik kepada tuannya, tidak seperti seorang hamba yang menilai tuannya sebagai seorang yang bengis. Hamba yang baik ini tentu menilai tuannya dengan baik dan karena itu ia menerima tugas tersebut dengan baik. Kebaikan lainnya pada hamba ini tentu dalam hal bagaimana ia menjalankan usaha pengembangan talenta itu. Ia tidak hanya terfokus pada jumlah hasil yang dicapai, tetapi juga pada cara yang halal dalam menjalankan usaha. Sering kali orang terobsesi dengan hasil yang besar kemudian menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Pelayanan kristen tidak hanya dinikai dari jumlah pencapaian tetapi juga dari cara melakukannya. Cara yang patut adalah cara yang "baik", yang santun dan tidak menimbulkan kerugian atau sakit hati bagi orang lain.

Ukuran kedua adalah "setia". Kesetiaan itu tidak langsung jadi dan kelihatan langsung hebat. Itu dimulai dari bawah, dari hal-hal kecil. Keberhasilan seseorang setia dalam hal-hal kecil menjadi dasar baginya untuk dipercayakan hal-hal yang lebih besar. Kesetiaan bukanlah hal yang mudah dicapai, karena ujiannya adalah waktu yang lama. Semakin lama waktu ujiannya, semakin tinggi pula kadar kesetiaan itu. Sebuah ilustrasi: Penggunaan kayu bakar untuk memasak. Bila bahannya dari bambu, memang nyalanya besar tetapi hanya sebentar saja bertahan. Tetapi bila bahannya dari kayu yg lebih keras, nyalanya akan bertahan lama demikian juga dengan bara apinya, akan bertahan lama.
Demikian lah dalam kesetiaan kita menjalankan sebuah tugas, dibutuhkan ketahanan yang lebih lama untuk melakukannya dengan cara yang baik. Namun, sering kali justru sebaliknya yang terjadi dalam hidup kita. Kita memang semangat, tetapi hanya sebentar saja. Baru satu atau dua tantangan, kita sudah mulai memudar akhirnya padam. Rasul Paulus menasehatkan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Roma 12:11).
Layanilah Tuhan dalam standar Kebaikan dan Kesetiaan. Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar